Prioritas Pembangunan Kesehatan Di Indonesia

Buka Info


Buka Info – Edukasi Kesehatan
A.     Gambaran Pembangunan Kesehatan Dan Permasalahan Kesehatan Di Indonesia
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam periode sebelumnya.
a.    Upaya Kesehatan
1). Kesehatan Ibu dan Anak
Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target MDGs tahun 2015, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan antara lain oleh kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum. Penyebab ini dapat diminimalkan apabila kualitas antenatal care dilaksanakan dengan baik. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua >35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun, dan terlalu banyak anaknya >3 orang). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan di bawah usia 20 tahun telah melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan pada usia di atas 40 tahun sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup. Masalah ini diperberat dengan fakta masih adanya umur perkawinan pertama pada usia yang amat muda (<20 tahun) sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah kawin.
2)   Kematian Bayi dan Balita
Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Paska Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, dan angka kematian anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/ 1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian pada kelompok perinatal adalah Intra Uterine Fetal Death (IUFD), yakni sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 11,2%. Hal ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayinya. Tantangan ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar benar benar siap untuk hamil dan melahirkan serta menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan yang mampu melindungi bayi dari infeksi.
Untuk usia di atas neonatal sampai satu tahun, penyebab utama kematian adalah infeksi khususnya pnemonia dan diare. Ini berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat ibu dan juga kondisi ling-kungan setempat.
b.   Gizi Masyarakat
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks, sebab selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014, perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% dan prevalensi balita pendek (stunting) menjadi 32% pada tahun 2014. Hasil Riskesdas tahun 2007 dan tahun 2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan di mana underweight meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%, stunting juga meningkat dari 36,8% menjadi 37,2%, sementara wasting (kurus) menurun dari 13,6% menjadi 12,1%. Riskesdas tahun 2010 dan tahun 2013 menunjukkan bahwa kelahiran dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) <2500 gram menurun dari 11,1% menjadi 10,2%. Tidak hanya terjadi pada usia balita, prevalensi obesitas yang meningkat juga terjadi di usia dewasa. Hal ini terbukti dari peningkatan prevalensi obesitas sentral (lingkar perut >90 cm untuk laki2 dan >80 cm untuk perempuan) dari tahun 2007 ke tahun 2013. Untuk tahun 2013, prevalensi tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (39,7%) yaitu 2,5 kali lipat dibanding prevalensi terendah di Provinsi NTT (15.2%). Prevalensi obesitas sentral naik di semua provinsi, namun laju kenaikan juga bervariasi, tertinggi di Provinsi DKI Jakarta, Maluku, dan Sumatera Selatan. Mencermati hal tersebut, pendidikan gizi seimbang yang proaktif serta PHBS menjadi suatu kewajiban yang harus dilaksanakan di masyarakat.
c.    Penyakit Menular
Untuk penyakit menular, prioritas masih tertuju pada penyakit HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria, demam berdarah, influenza dan flu burung. Di samping itu, Indonesia juga belum sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit neglected diseases seperti kusta, filariasis, leptospirosis, dan lain lain. Angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti polio, campak, difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus baik pada maternal maupun neonatal sudah sangat menurun, bahkan pada tahun 2014, Indonesia telah dinyatakan bebas polio.
Kecenderungan prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15 - 49 tahun meningkat. Pada awal tahun 2009, prevalensi kasus HIV pada penduduk usia 15 - 49 tahun hanya 0,16% dan meningkat menjadi 0,30% pada tahun 2011, meningkat lagi menjadi 0,32% pada 2012, dan terus meningkat menjadi 0,43% pada 2013. Namun angka Case Fatality Rate (CFR) AIDS menurun dari 13,65% pada tahun 2004 menjadi 0,85 % pada tahun 2013.
d.   Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular cenderung terus meningkat dan telah mengancam sejak usia muda. Selama dua dekade terakhir ini, telah terjadi transisi epidemiologis yang signifikan, yakni penyakit tidak menular telah menjadi beban utama, sementara beban penyakit menular masih berat juga. Indonesia sedang mengalami double burden diseases, yaitu beban penyakit tidak menular dan penyakit menular sekaligus. Penyakit tidak menular utama meliputi hipertensi, diabetes melitus, kan-ker dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Jumlah kematian akibat rokok terus meningkat dari 41,75% pada tahun 1995 menjadi 59,7% di 2007. Selain itu dalam survei ekonomi nasional 2006 disebutkan penduduk miskin menghabiskan 12,6% penghasilannya untuk konsumsi rokok. Oleh karena itu, deteksi dini harus dilakukan secara proaktif mendatangi sasaran, karena sebagian besar tidak mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit tidak menular. Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain dilakukan melalui pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Posbindu - PTM) yang merupakan upaya monitoring dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular di masyarakat. Sejak mulai dikembangkan pada tahun 2011 Posbindu PTM pada tahun 2013 telah bertambah jumlahnya menjadi 7225 Pos-bindu di seluruh Indonesia.
e.    Kesehatan Jiwa
Permasalahan kesehatan jiwa sangat besar dan menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional (gejala - gejala depresi dan ansietas) sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas. Hal ini berarti lebih dari 14 juta jiwa menderita gangguan mental emosional di Indonesia. Sedangkan untuk gangguan jiwa berat seperti gangguan psikosis, prevalensinya adalah 1,7 per 1000 penduduk. Ini berarti lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat (psikosis). Angka pemasungan pada orang dengan gangguan jiwa berat sebesar 14,3% atau sekitar 57.000 kasus. Gangguan jiwa dan penyalahgunaan NAPZA juga berkaitan dengan masalah perilaku yang membahayakan diri, seperti bunuh diri. Berdasarkan laporan dari Mabes Polri pada tahun 2012 ditemukan bahwa angka bunuh diri sekitar 0.5 % dari 100.000 populasi, yang berarti ada sekitar 1.170 kasus bunuh diri yang dilaporkan dalam satu tahun. Prioritas untuk kesehatan jiwa adalah mengembangkan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah Puskesmas dan bekerja bersama masyarakat, mencegah meningkatnya gangguan jiwa masyarakat Selain permasalahan kesehatan di atas terdapat juga berbagai permasalahan yang masih perlu mendapatkan perhatian khusus, misalnya masalah kesehatan lingkungan, masalah penyakit tropis yang terabaikan, permasalahan SDM Kesehatan, pembiayaan di bidang kesehatan dan lain sebagainya. Untuk mengatasi permasalahan kesehatan tersebut telah dilakukan berbagai upaya pendekatan program, misalkan dengan program peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, program pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan, program aksesibilitas serta mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, program penelitian dan pengembangan, program mana-jemen, regulasi dan sistem informasi kesehatan dan program kesehatan lainnya. Sebagai upaya untuk mendukung program yang saat ini dirasakan kurang maka perlu dilakukan penetapan area prioritas yang dapat memberikan dampak yang signifikan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat tanpa meninggalkan program diluar area prioritas.
Uraian secara garis besar kegiatan yang dilakukan dalam masing - masing area prioritas adalah sebagai berikut:
1). Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Dalam rangka menurunkan (AKI) dan (AKB), kegiatan intervensi dilakukan mengikuti siklus hidup manusia sebagai berikut:
a). Untuk Ibu Hamil dan Bersalin:
(1). Mengupayakan jaminan mutu Ante Natal Care (ANC) terpadu.
(2). Meningkatkan jumlah Rumah Tunggu Kelahiran (RTK).
(3). Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan.
(4). Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusui Dini dan KB paska persalinan.
(5). Meningkatan penyediaan dan pemanfaatan buku KIA.
b). Untuk Bayi dan Ibu Menyusui:
(1). Mengupayakan jaminan mutu kunjungan neonatal lengkap.
(2). Menyelenggarakan konseling ASI eksklusif.
(3). Menyelenggarakan pelayanan KB paska persalinan.
(4). Menyelenggarakan kegiatan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI).
c). Untuk Balita:
(1). Melakukan revitalisasi Posyandu.
(2). Menguatkan kelembagaan Pokjanal Posyandu.
(3). Meningkatkan transformasi KMS ke dalam Buku KIA.
(4). Menguatkan kader Posyandu.
(5). Menyelenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita.
d). Untuk Anak Usia Sekolah:
(1). Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
(2). Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS.
(3). Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS).
(4). Mengembangkan penggunaan rapor kesehatan.
(5). Menguatkan SDM Puskesmas.
e). Untuk Remaja:
(1). Menyelenggarakan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD).
(2). Menyelenggarakan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah menengah.
(3). Menambah jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR).
(4). Mengupayakan penundaan usia perkawinan.
f). Untuk Dewasa Muda:
(1). Menyelenggarakan konseling pranikah.
(2). Menyelenggarakan gerakan pekerja perempuan sehat produktif (GP2SP) untuk wanita bekerja.
(3). Menyelenggarakan pemberian imunisasi dan TTD.
(4). Menyelenggarakan konseling KB pranikah.
(5). Menyelenggarakan konseling gizi seimbang.
2). Upaya Penurunan Prevalensi Balita Pendek (Stunting)
Dalam rangka menurunkan prevalensi balita pendek (stunting), dilakukan kegia-tan sebagai berikut.
a). Untuk Ibu Hamil dan Bersalin:
(1). Intervensi pada 1000 hari per-tama kehidupan anak.
(2). Mengupayakan jaminan mutu Ante Natal Care (ANC) ter-padu.
(3). Meningkatkan persalinan di fasi-litas kesehatan.
(4). Menyelenggarakan program pem-berian makanan tinggi kalori, pro-tein, dan mikronutrien (TKPM).
(5). Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular).
(6). Pemberantasan kecacingan.
(7). Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA.
(8). Menyelenggarakan konseling Ini-siasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif.
(9). Penyuluhan dan pelayanan KB.
b). Untuk Balita:
(1). Pemantauan pertumbuhan balita.
(2). Menyelenggarakan kegiatan Pem-berian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita.
(3). Menyelenggarakan simulasi dini perkembangan anak.
(4). Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
c). Untuk Anak Usia Sekolah:
(1). Melakukan revitalisasi Usaha Kese-hatan Sekolah (UKS).
(2). Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS.
(3). Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS).
(4). Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba.
d). Untuk Remaja:
(1). Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan mengkonsumsi narkoba.
(2). Pendidikan kesehatan reproduksi.
e). Untuk Dewasa Muda:
(1). Penyuluhan dan pelayanan kelu-arga berencana (KB).
(2). Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular).
(3). Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak merokok/mengkonsumsi narkoba.
3). Upaya Pengendalian Penyakit Menular (PM)
Dalam rangka mengendalikan penya-kit menular, khususnya HIV-AIDS, Tuber-kulosis, dan Malaria, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
a). HIV-AIDS:
(1). Peningkatan konseling dan tes pada ibu hamil.
(2). Diagnosis dini pada bayi dan balita.
(3). Konseling dan tes pada populasi kunci,pasieninfeksimenularseksual (IMS), dan pasien Tuberkulosis (TB) anak usia sekolah, usia kerja, dan usia lanjut.
4). Terapi Anti-Retro Viral (ARV) pada anak dan orang dengan HIV-AIDS (ODHA) dewasa.
(5). Intervensi pada kelompok berisiko.
(6). Pemberian profilaksis kotrimok-sasol pada anak dan ODHA dewasa.
b). Tuberkulosis:
(1). Identifikasi terduga TB di antara anggota keluarga, termasuk anak dan ibu hamil.
(2). Memfasilitasi terduga TB atau pasien TB untuk mengakses pe-layanan TB yang sesuai standar.
(3). Pemberian informasi terkait peng-endalian infeksi TB kepada anggota keluarga, untuk men-cegah penularan TB di dalam keluarga dan masyarakat
(4). Pengawasan kepatuhan peng-obatan TB melalui Pengawas Menelan Obat (PMO).
c). Malaria:
(1). Skrining ibu hamil pada daerah berisiko.
(2). Pembagian kelambu untuk ibu hamil dan balita.
(3). Pemeriksaan balita sakit di wila-yah timur Indonesia.
4). Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)
Dalam rangka mengendalikan penyakit tidak menular, khususnya Hipertensi, Diabetes Mellitus, Obesitas, dan Kanker, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
(a). Peningkatan deteksi dini faktor risiko PTM melalui Posbindu.
(b). Peningkatan akses pelayanan ter-padu PTM di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
(c). Penyuluhan tentang dampak buruk merokok.
(d). Menyelenggarakan layanan upaya berhenti merokok.
B. Tantangan Pembangunan Kesehatan
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya dapat terwujud. Hal itu berarti terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang penduduknya, di seluruh wilayah Republik lndonesia, hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang ber-mutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, dengan indikator meningkatnya Umur Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi, menurunnya Angka Kematian Ibu, dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan ini dapat dicapai dengan melakukan lima strategi pembangunan kesehatan 2005-2025, yaitu: (1) pembangunan nasional berwawasan kesehatan; (2) pemberdayaan masyarakat dan daerah;
(3) pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan; (4) pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan; serta (5) penanggulangan keadaan darurat kesehatan. Untuk mejawab tantangan pembangunan kesehatan dalam mencapai kesehatan masyarakat setinggi tingginya, selain terfokus pada pendekatan program melalui empat kegiatan prioritas melalui pendekatan siklus hidup yang telah dilakukan selama ini belum dapat mengetahui secara pasti sumber penyebab permasalahan ditingkatan usia, untuk itu diperlukan pendekatan keluarga yang diinisiasi dengan pemetaan atas permasalahan secara mendalam dari pendekatan siklus hidup melalui kunjungan rumah.
A.                 Strategi Pembangunan Kesehatan
Kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 difokuskan pada penguatan upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan. Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu sarana utama dalam mendorong reformasi sektor kesehatan dalam mencapai pelayanan kesehatan yang optimal, termasuk penguatan upaya promotif dan preventif. Adapun strategi pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 meliputi 12 pokok strategi berikut.
1.              Akselerasi Pemenuhan Akses Pelaya-nan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut Usia yang Berkualitas.
2.              Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
3.              Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
4.              Meningkatkan Akses Pelayanan Kese-hatan Dasar yang Berkualitas.
5.              Meningkatkan Akses Pelayanan Kese-hatan Rujukan yang Berkualitas.
6.              Meningkatkan Ketersediaan, Keter-jangkauan, Pemerataan, dan Kualitas Farmasi dan Alat Kesehatan.
7.              Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan.
8.              Meningkatkan Ketersediaan, Penye-baran, dan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan.
9.            Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
10.        Menguatkan Manajemen, Penelitian dan Pengembangan, serta Sistem Informasi Kesehatan.
11.        Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang Kesehatan atau JKN
12.        Mengembangkan dan Meningkatkan Efektivitas Pembiayaan Kesehatan.
Dalam mendukung keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan kesehatan sesuai Rencana Strategis Tahun 2015-2019, Kementerian Kesehatan telah menetapkan kebijakan operasional, antara lain sebagai berikut.
1.          Pembangunan kesehatan dalam periode 2015-2019 akan difokuskan pada empat area prioritas, yakni:
a.           Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
b.          Perbaikan Gizi Masyarakat, khususnya untuk Pengendalian Prevalensi Balita Pendek (Stunting).
c.          Pengendalian Penyakit Menular,
khususnya Human Immunodeficiency Virus Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV-AIDS), Tuberkulosis (TB), dan Malaria.
d. Pengendalian Penyakit Tidak Menular, khususnya Hipertensi, Diabetes mellitus, Obesitas, dan Kanker (khususnya Leher Rahim dan Payudara) dan Gangguan jiwa.
2.   Peningkatan jangkauan sasaran terutama pada keluarga, tanpa mengabaikan pendekatan pendekatan lain yang selama ini sudah berhasil dilaksanakan yaitu menjangkau sasaran berbasis UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat), menjangkau sasaran berbasis UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), menjangkau sasaran berbasis UKUK (Upaya Kesehatan Usia Kerja), dan untuk sasaran kelompok usia lanjut dengan pendekatan Posbindu Usila.
3.    Prioritas perencanaan dan penganggaran diarahkan pada pemenuhan kebutuhan kegiatan kegiatan promotif dan preventif. Pemenuhan kebutuhan kegiatan kegiatan kuratif dan rehabilitatif dilakukan setelah kebutuhan kegiatan kegiatan promotif dan preventif dipenuhi.
4.    Sumber daya manusia (SDM) adalah modal utama dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu, kualitas SDM perlu terus ditingkatkan sehingga memiliki daya saing tinggi, yang antara lain ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks
Pembangunan Gender (IPG), dan Indeks Kesetaraan Gender (IKG). Peningkatan tersebut dilaksanakan melalui pengendalian jumlah penduduk, peningkatan taraf pendidikan, serta peningkatan derajat kesehatan. Untuk itu harus diantisipasi berbagai tantangan yang ada. Tantangan dalam pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat berupa peningkatan upaya promotif dan preventif, peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, peningkatan pengawasan obat dan makanan, serta peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan. Di samping itu juga penurunan disparitas akses dan mutu pelayanan kesehatan, pemenuhan sarana dan prasarana, serta pemenuhan tenaga kesehatan. Secara khusus tantangan utama dalam lima tahun ke depan adalah berupa peningkatan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), penyiapan penyedia pelayanan kesehatan, dan pengelolaan jaminan kesehatan yang efektif dan efisien. Kebijakan operasional tersebut diharapkan akan mampu mewujudkan Keluarga Sehat sebagaimana cita cita untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Oleh karena itu, maka Program Indonesia Sehat akan dilaksanakan melalui Pendekatan Keluarga. Program kesehatan yang termasuk ke dalam area prioritas tersebut di atas dilaksanakan secara bertahap di daerah terpilih (lokus dan fokus) termasuk daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) dari program Nusantara Sehat. 
Jangan lewatkan: Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga
 
Tahapan Pelaksanaan Program Indonesia Sehat.
Sumber: Buku Pedoman Program Indonesia sehat Dengan Pendekatan Keluarga.